The Naked Traveler #1


"Rasanya langsung malu luar biasa! Zaman sekolah dulu saya sering kemping dan naik gunung, kok, cuek saja tuh merusak tumbuhan untuk membuka jalan dan memasang tenda. Juga bikin api unggun untuk masak dan menghangatkan badan. Bahkan mencuci, mandi, dan buang air pun di sungai. Ironisnya, saya ikut klub yang disebut PECINTA ALAM!"


Buku ini berisi tentang pengalaman jalan-jalan mbak Triniti keliling sebagian wilayah Benua Eropa dan Benua Amerika Selatan selama satu tahun penuh! Baru baca beberapa lembar dari buku ini saya langsung jatuh cinta. Pertama, dari bahasanya yang ringan tapi berisi, serasa membaca blog (ya kan penulisnya blogger juga).


Informasi di dalam buku ini (bukan novel) sangat penting karena akan ada banyak hal yang mungkin tidak pernah pembaca ketahui sebelumnya, bahkan hal tersebut adalah pengalaman baru bagi mbak Triniti sebagai travelernya sekaligus penulisnya. Kedua, bukunya full color dan dilengkapi dengan foto -apalagi ada foto cowo ganteng di Brazil -ahemm-



Saya tidak akan spoil dan tidak akan pernah, tetapi saya akan mengungkapkan mengapa saya tidak bosan-bosannya membaca buku ini (yang jumlahnya ada 7). Buku ini membuat saya belajar mengenai budaya di negara lain.

1. Saya jadi tahu bahwa tidak semua lambang Palang Merah itu sama di dunia, terutama di Qatar. Kalau kita pusing atau sakit di bandara Qatar dan mencari ruang Palang Merah dengan lambang silang seperti di Indonesia, bakalan tidak ketemu.
2. Di sebagian besar negara Eropa seperti di Rusia, tepat waktu adalah hal yang sangat-amat wajib! Tidak terlambat satu menit pun (tidak hanya di Jepang).
3. Tempat wisata di sebagian besar Amerika Selatan dikelola oleh pemerintahnya dengan sangat serius, banyak fasilitas untuk wisatawan yang tidak ditemukan di Indonesia.
4. Selain itu, peraturan bagi para wisatawan yang berkunjung di tempat wisata sangat ketat. Termasuk tidak boleh cuci tangan di sembarang tempat apalagi menggunakan sabun karena akan merusak sumber mata air dan alam di sekitarnya. Hebat kan!
5. Alam di Indonesia masih tetap yang paling cantik  dari sebagian besar negara Amerika Selatan, terutama pantainya.
6. Walaupun begitu, fasilitas wisata di Indonesia jauh tertinggal dari negara lain.
7. Kebahagiaan berwisata alam tidak ditentukan dari kemewahan yang didapat, tetapi dari proses/perjalanan itu sendiri. Apalagi jika bukan gratisan.

Jadi itulah sedikit sekali poin yang saya tulis. Masih banyak sekali keseruan-keseruan di dalam buku ini. Jujur, buku ini adalah buku oleh penulis Indonesia yang paling tidak membosankan yang pernah saya baca!

Pokoknya baca buku ini bikin pengen piknik kemanaaaa gitu....yuk!