PAPER TOWNS by John Green



“That's always seemed so ridiculous to me, that people want to be around someone because they're pretty. It's like picking your breakfeast cereals based on color instead of taste.”

Saya tidak akan menceritakan apapun, tenang saja. Tapi review yang singkat untuk buku ini adalah bahwa saya tidak terlalu tertantang membacanya. Memang menikmati, tapi tidak tertantang dan inilah yang membuat saya hanya memberi 1 bintang saja karena memang mungkin saya sudah melewati fase cinta-cintaan jaman sekolah yang memang luar biasa rasanya. Jadi mungkin tidak terlalu relate lagi dengan ceritanya.

Anyway, ada beberapa hal yang membuat saya belajar dari buku ini, salah satunya adalah bagaimana kita tidak semestinya membuat orang lain menjadi diri kita.

"Kau tahu apa masalahmu, Quentin? Kau selalu mengharapkan orang lain tidak menjadi mereka sendiri. Maksudku, aku bisa saja membencimu karena sangat jam karet .... tapi aku tidak peduli, man, soalnya kau adalah kau. ... Hanya berkata: hentikan berpikir Ben harus menjadi kau, dan dia harus berhenti berpikir kau harus menjadi dia, dan kalian pasti akan baik-baik saja"



Hal lainnya adalah melakukan hal-hal di luar kebiasaan itu menyenangkan, seperti menyendiri untuk menemukan diri sendiri seperti yang dilakukan Margo.

Hal lain lagi, apakah kalian pernah berfikir kalau bisa saja Santa Klaus itu orang Afrika? He could be kan?

Selain menikmati, saya juga tidak suka dengan karakter Margo, dia seperti mempermainkan Quentin. Saya beri review di goodreads;
QUENTIN be like "what the hell are you doing! are you playing with me after all those clues? are you testing me just to answer your, maybe long-time-curiosity about my feeling for you?"

Sebatas itu saja reviewnya, dan film nya juga wajib ditonton karena akan lebih lucu dari novelnya. ;)